FIQH MUAMALAH  

  1. Definisi

Fiqih Muamalah terdiri dari dua kata yaitu Fiqih dan Muamalah. Fiqih menurut bahasa berarti paham, sedangkan menurut istilah Pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliyah(ibadah).

Muamalah menurut bahasa berarti saling berbuat, saling beramal, saling bertindak, sedangkan menurut istilah Aturan-aturan (hukum) Allah yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan dan sosial kemasyarakatan.

Pengertian Fiqih Muamalah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

  1. Arti Sempit

Menurut Hudhari Beik, Akad yang memperbolehkan manusia saling menukar manfaat. Sedangkan menurut Rasyid Ridha yaitu Tukar menukar barang atau sesuatu yg bermanfaat dg cara-cara yg telah ditentukan.

  1. Arti Luas
  • Menurut Ad-Dimyati yaitu Aktivitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan masalah ukhrawi.
  • Menurut M. Yusuf Musa yaitu Peraturan-peraturan Allah yang diikuti dan ditaati dlm hidup bermasyarakat utk menjaga kepentingan manusia
  • Menurut Idris Ahmad yaitu Aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usaha untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik.
  1. Pembagian Fiqh Muamalah

Menurut Al Fikri, dalam kitab Al Muamalah Al Madiyah wa Al Muamalah Al Adabiyah, membagi fiqih muamalah menjadi 2 bagian, yaitu:

  1. Al Muamalah Al Madiyah

Muamalah yang mengkaji dari segi objeknya yaitu benda. Dengan kata lain, al-muamalah al-madiyah adalah aturan yang ditetapkan syara’ terkait dengan objek benda. Dimaksudkan dengan aturan, bahwa dalam memenuhi kebutuhan yang sifatnya kebendaan, seperti jual-beli (al-bai’), tidak saja ditujukan untuk mendapatkan keuntungan (profit) semata, akan tetapi juga bagaimana dalam aturan mainnya harus memenuhi aturan jual-beli yang ditetapkan syara.

Sebagian Ulama berpendapat bahwa muamalah al madiyah bersifat kebendaaan, yakni benda yang halal, haram, syubhat untuk dimiliki, diperjualbelikan, benda yang menimbulkan kemadharatan dan kemaslahatan bagi manusia, dan lain-lain.

  1. Al Muamalah Al Adabiyah

Muamalah ditinjau dari segi cara tukar menukar benda, yang sumbernya dari panca indra manusia sedangkan unsur-unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban seperti jujur, iri, dendam. Dengan kata lain, al-muamalah al-adabiyah adalah aturan-aturan syara’ yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam hidup bermasyarakat, ditinjau dari segi subjeknya, yaitu mukallaf/manusia. Hal ini mengacu kepada bagaimana seseorang dalam melakukan akad atau ijab qabul. Apakah dengan rela sama rela atau terpaksa, ada unsur dusta dsb.

  1. Ruang Lingkup Fiqh Muamalah
  2. Al Muamalah al adabiyah

Hal-hal yang termasuk dalam ruang lingkup muamalah adabiyah adalah ijab dan qabul, saling meridai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.

  1. Al Muamalah Al Madiyah

Ruang lingkup muamalah madiyah adalah jual beli, gadai, jaminan, pemindahan utang, perseroan, sewa-menyewa tanah, upah, gugatan, sayembara, pembagian kekayaan bersama, pemberian, pembebasan, dan beberapa masalah mu’ashiroh seperti masalah bunga bank, asuransi, kredit, dan masalah lainnya.

BA’I (JUAL BELI)

  1. Definisi

Menurut bahasa jual beli diartikan sebagai pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain. Al Ba’I memiliki kata lain asy-syira’, al mubadah, dan at tijarah. Sedangkan menurut istilah ada beberap pendapat dari ulama. Menurut ulama Hanafiyah, Jual beli adalah pertukaran harta benda dengan harta berdasarkan cara khusus yang diperbolehkan. Menurut Imam Nawawi dalam kitab al majmu yaitu Pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab al Mugni yaitu Pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.

  1. Landasan Syara’
  2. Al Qur’an

Terdapat dalam surat Al Baqarah (2) ayat 275 yang artinya “padahal Allah telah menghlalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

Al Baqarah (2) ayat 282 yang artinya “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli”.

An Nisa (4) ayat 29 yang artinya “Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka”

  1. As Sunnah

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bajjar yang artinya “Nabi SAW ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab, seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur”.

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan Ibnu Majah yang artinya “jual beli harus dipastikan harus saling meridai”

  1. Ijma

Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.

  1. Rukun Jual Beli

Menurut jumhur ulama ada empat, yaitu :

  1. Ba’i
  2. Mustari
  3. Shighat ( Ijab dan Qabul)
  4. Ma’qud ‘alaih (benda atau barang)
  1. Hukum dan Sifat Jual Beli

Menurut jumhur ulama membagi jual beli menjadi 2 macam  yaitu jual beli yang dikategorikan sah (sahih) dan jual beli yang dikategorikan tidak sah. Jual beli sah adalah jual beli yang memenuhi ketentuan syara baik rukun maupun syaratnya. Sedangkan jual beli tidak sah adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu rukun dan syarat sehingga jual beli menjadi rusak atau batal.

  1. Jual Beli yang dilarang dalam islam
  2. Terlarang sebab ahliah (ahli akad)
  • Jual beli orang gila
  • Jual beli anak kecil
  • Jual beli orang buta
  • Jual beli terpaksa
  • Jual beli fudhul
  • Jual beli orang yang terhalang
  • Jual beli malja’
  1. Terlarang sebab shighat
  • Jual beli muatha
  • Jua beli melalui surat atau melalui utusan
  • Jual beli dengan isyarat atau tulisan
  • Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad
  • Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan qabul
  • Jual beli munjiz
  1. Terlarang sebab ma’qud alaih (bahan jualan)
  • Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada
  • Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan
  • Jual beli gharar
  • Barang yang najis dan terkena najis
  • Jual beli air
  • Jual beli barang yan tidak jelas
  • Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad atau ghaib
  • Jual beli sesuatu sebelum dipegang
  1. Terlarang sebab syara’
  • Jual beli riba
  • Jual beli dengan uang dari barang yang diharamkan
  • Jual beli barang dari hasil hasil pencegatan barang
  • Jual beli waktu adzan jum’at
  • Jual beli anggur untuk dijadikan khamr
  • Jual beli induk tanpa anaknya yang masih kecil
  • Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
  • Jual beli memakai syarat

DAFTAR PUSTAKA

Syafei, Rachmat.2000.Fiqih Muamalah.CV Pustaka Setia:Bandung

http://www.google.com

Tinggalkan komentar